Apakah
arti dari semua ini, sebuah ujian, atau ajang mencari sebuah alasan. Dari semua
pendekatan, aku hanya menambah satu rasa. penyesalan, merasa bersalah
mendekatimu. Kau mungkin tak terganggu, tapi hatiku tak terlalu pintar
berbohong. Akhirnya, akulah yang harus menjauh, dan menjelaskan semua keadaan.
Saat mataku tertutupi debu keraguan, dan semakin menyesatkanku dalam hutan
belantara. Namun kuakui, kebencianlah yang mendominasi proses untuk menjauh.
Benci kepada argumen mereka, persepsi mereka, ketenangan mereka, dan
kediamanku. Pertama mungkin benar, hanya sebuah argumen (kembali kucoba untuk
tak menggunakan kata itu) diakhiri dengan sebuah fitnah, memaksaku kembali
membanting semua kepercayaan. Sebagian hilang, dan ketidakseriusan membuatnya
kembali duduk, kehilangan spontanitas. Simpel, aku ingin berdiri dan berani
menghadapi langit merah, memotong samudera masalah dalam hidup. Keinginan ini,
semakin lama semakin menjauh, iya, aku terlalu pintar berkata, membantah semua
logika dan mengedepankan sebuah prasangka. Kembali tak kumengerti apa yang ada
dalam pikirmu, persepsi dan ideologi yang sedang menjadi pondasimu. Semua ini
terhalang sebuah kaca hitam, yang kulihat, hanyalah bayanganku, kesalahanku.
Waktupun memecah bayangan itu, membaginya menjadi beberapa bagian, sebuah
bagian besar menancap di tubuh ini. Namun serpihan kecil justru menusuk mata
ini, melipatgandakan sakit yang ia berikan. Menambah kebencian untuk semua
pandangan, walau ia tak menuju kearahku. Aku butuh pengertian, lebih dari semua
yang sudah kuusahakan, aku membutuhkan sang pencipta kedamaian. Terpenjara,
kembali dalam logika-logika aneh, dalam sebuah variabel x dan y. Aku kembali
berbisik pada alam, dimana lagumu yang dulu? Dibandingkan dengan letupan sebuah
gunung, getaran-getaran angin yang berdesir. Bagaimana cara menuliskan sebuah
situasi, yang hanya kau rasakan. Karena semua variabel itu tak lebih dari
data-data yang meragukan. Haruskah aku percaya dengan semua yang tersirat
selama ini? Dan menyerahkan semuanya pada keadaan yang membingungkan ini.
Siapakah dirimu sebenarnya? Tokoh utama, atau hanya seorang figuran, seperti
kilat cahaya petir, sangat cepat. Bahkan aku tak pernah menyadari, ternyata ada
pandangan-pandangan gelap seseorang disana. Yang bahkan aku tak mampu
memprediksi datangnya. Dan untuk
itu, aku mempertaruhkan semuanya. Menuliskan setiap kejadian yang telah
terjadi, sembari mencoba mencari hubungan antara kejadian ini dan itu. Semakin
dalam, namun tetap kosong. Sehebat itukah kau menyembunyikannya, lagi, dibalik
senyum yang tak pernah terlihat kecuali hanya sebuah kilatan petir. Tanpa
suara, namun cepat tak terkejar bahkan oleh pandangan mata ini. Entahlah,
selama ini, kau hanya seperti matahari yang jelas―sangat jelas sinarnya, namun
tak pernah dapat kupandang. Terus menunggu kesempatan akan habisnya cahaya itu,
mengungkapkan semua kebenaran dibaliknya. Memang sedikit membingungkan, namun
semua data ini, jalinan yang kubuat berdasarkan fakta, hipotesis sementara yang
sedikit melegakan dan juga membuatku cukup khawatir, eksperimen-eksperimen yang
dilakukan untuk mendukung fakta (walau banyak yang tak berhasil), menganalisa
kembali data-data yang didapat. Semua yang telah dilakukan―yang kuusahakan.
Akan mengahsilkan sebuah jawaban untuk satu tanda itu.
_Imperfect Harmonies
Sumber Gambar : http://farm2.static.flickr.com/1413/924849406_3d4b9b2253.jpg?v=0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar