Di sudut-sudut sebuah kota, terbiasalah dengan suara pukulan-pukulan
palu, desingan bor, Mesin-mesin kontraktor besar. Gelegar bom menjatuhkan dinding-dinding gedung tua, menghancurkan
gedung-gedung tinggi, dan membangunnya kembali. Aku adalah sampah bagi mereka,
entah sebgain atau seluruhnya. Kami adalah korban, janji pertama yang
dibubuhkan dalam undang-undang dasar, sudah terlalu jauh untuk ditepati. Aku
juga punya sebutan lain, steel―Si Baja. Walau terkadang berubah menjadi still
(tenang), atau steal (mencuri) hanya karena aksen. Setiap hariku dipenuhi tatapan mata-mata
itu, pikiran mereka jelas tertulis di raut wajah mereka. Takut, jijik, benci,
setiap tatapan itu mempunyai artinya. Namun, sebutanku itu bukan tanpa alasan,
aku tak pernah sekalipun mengeluarkan emosi, wajahku biasa pandanganku datar,
untuk apa? Tak akan ada yang mengerti, tak akan ada yang peduli. Hidupku
berjalan terus dalam bayangan, dalam gelap-gelap malam. Saat mereka sendirian,
jadilah mereka makanan malam kami.
Bukankah manusia tak ada yang sempurna? Meski sudah diciptakan dengan bentuk yang paling sempurna. Namun hanya ada satu bagian yang dapat menyempurnakan semua. Apakah itu kau tanya? Cukup satu.
Selasa, 15 Juli 2014
Minggu, 06 Juli 2014
Lagu-lagu malam itu.
Kubilang, kau tak berhak tanyakan hidupku, membuatku semakin terluka..
Mudah saa ban=gimu mudah saja untukmu, coba saja, lukamu seperti lukaku. Kau tak berhak tanyakan keadaanku, Kau tak berhak tanyakan keadaanku, mudah saaa bagimu! Mudah saja untukmu, candai saja cintamu seperti cintaku. uuuu..... Uuuuu, Uuuu...... Aaaaaaaaaaaaaaa UUu, mudah saa ooooooouaah.
Huuuu, huuhuuuuaaaa.....
Mudah saa ban=gimu mudah saja untukmu, coba saja, lukamu seperti lukaku. Kau tak berhak tanyakan keadaanku, Kau tak berhak tanyakan keadaanku, mudah saaa bagimu! Mudah saja untukmu, candai saja cintamu seperti cintaku. uuuu..... Uuuuu, Uuuu...... Aaaaaaaaaaaaaaa UUu, mudah saa ooooooouaah.
Huuuu, huuhuuuuaaaa.....
Langganan:
Postingan (Atom)