Selasa, 15 Juli 2014

Menghela Nafas Panjang-Panjang



Di sudut-sudut sebuah kota, terbiasalah dengan suara pukulan-pukulan palu, desingan bor, Mesin-mesin kontraktor besar. Gelegar bom menjatuhkan dinding-dinding gedung tua, menghancurkan gedung-gedung tinggi, dan membangunnya kembali. Aku adalah sampah bagi mereka, entah sebgain atau seluruhnya. Kami adalah korban, janji pertama yang dibubuhkan dalam undang-undang dasar, sudah terlalu jauh untuk ditepati. Aku juga punya sebutan lain, steel―Si Baja. Walau terkadang berubah menjadi still (tenang), atau steal (mencuri) hanya karena aksen.  Setiap hariku dipenuhi tatapan mata-mata itu, pikiran mereka jelas tertulis di raut wajah mereka. Takut, jijik, benci, setiap tatapan itu mempunyai artinya. Namun, sebutanku itu bukan tanpa alasan, aku tak pernah sekalipun mengeluarkan emosi, wajahku biasa pandanganku datar, untuk apa? Tak akan ada yang mengerti, tak akan ada yang peduli. Hidupku berjalan terus dalam bayangan, dalam gelap-gelap malam. Saat mereka sendirian, jadilah mereka makanan malam kami.

Minggu, 06 Juli 2014

Lagu-lagu malam itu.

Kubilang, kau tak berhak tanyakan hidupku, membuatku semakin terluka..
Mudah saa ban=gimu mudah saja untukmu, coba saja, lukamu seperti lukaku. Kau tak berhak tanyakan keadaanku, Kau tak berhak tanyakan keadaanku, mudah saaa bagimu! Mudah saja untukmu, candai saja cintamu seperti cintaku. uuuu..... Uuuuu, Uuuu...... Aaaaaaaaaaaaaaa UUu, mudah saa ooooooouaah.
Huuuu, huuhuuuuaaaa.....