Kamis, 24 April 2014

Sedikit Kata Pengantar

Pagi ini teralu cerah untukku di dalam kamar, namun juga terlalu mendung untuk berjalan keluar, dan juga segelap malam itu untuk terus berada dalam jalurnya. Sebuah percobaan, hasil dari sebuah eksperimen, kata-kata inilah yang keluar dari latar belakang yang sudah ditentukan, batasan-batasan masalah, tujuan utama, dan metode peneliatian yang sudah kulakukan.Semoga menjadikan sebuah referensi lain untuk menghadapi ombak kehidupan, menjadi seluncur yang mempermudah jalannya kehidupan, walau memang tak kan pernah sempurna.
Karena memang beberapa tulisan yang dipost ke blog ini sengaja tak diselesaikan dan memang jauh dari konteks kehidupan. Karena lagi-lagi, semua karakter yang diupload ke blog ini hanya opini dari otak manusia yang masih membutuhkan banyak referensi lain. Semoga dapat menjadi inspirasi kecil, walau hanya sebuah titik.
Di setiap tulisan, akan selalu ada pemberi inspirasi, dan aku harus selalu berterimakasih kepada mereka, terutama Rabbku, Rasulku, Orangtuaku, Guruku, Sahabatku, bahkan mereka yang belum dan mungkin tak akan ku kenal. Kesempurnaan hanya milik-Nya, sastra indah nan sempurna dari-Nya semoga selalu menjadi referensi tetap, juga indah lisan Rasul-Nya, dan ayat-ayat yang tersirat di alam yang indah ini. Betapa memang, kesempurnaan hanya miliknya, betapa beruntung aku bisa menikmati indahnya semua dengan islam.

Karena blog ini bertema sastra, ada sebuah tulisan kecil yang memang mungkin tak lagi akan diselesaikan. jadi memang mohon bantuannya untuk komentarnya dan diteruskan. Cause it's free world.



Apakah sebenarnya yang kita inginkan dalam hidup? Semua pendidikan yang kita lakukan, dengan semangat menggebu-gebu, untuk apa? Kita bekerja pagi hingga malam, memaksa seluruh tubuh untuk melampaui batasnya. Pedang, busur dan panah selalu kita siapkan menjelang pagi,  untuk menghadapi sebuah dunia yang mereka kira mengerikan. Mengerahkan kemampuan otak untuk menganggap salah, dan membenarkan sebuah presepsi. Mementingkan diri sendiri, menjadikan hidup hanya berpatok pada satu sumber kebaikan.  Manusia, bukankah kita tidak pernah puas? Dari semua teori yang dikemukakan, berniat untuk meluruskan sebuah pandangan, tapi apa yang sebenarnya kita pikirkan? 


_Imperfect Harmonies
 

Bakauheni - Merak



Matahari sudah di batas pandangan mata, meninggalkan sinarnya yang bersembunyi dibalik awan tebal itu. keadaan sekarang masih sangat labil, semuanya bergerak. Bahkan selatan menjadi arah lain bagi kami. Meninggalkan langit yang masih setia untuk diam dan menemani. Saat langit kemerah-merahan itu hilang. aku kembali melanjutkan hidup.
Langitpun berganti menjadi sebuah hamparan bintang, dalam sebuah kanvas hitam. Begitu bersih, tanpa ada awan yang menutupi. Bulanpun tak malu untuk menampakkan keindahannya, meski hanya setengah cahayanya yang bisa kunikmati. Angin segar has lautan, yang membuat beberapa orang pusing menghirupnya, bukan menjadi masalah bagiku untuk terus menulis. Terlihat mewah di seberang sana, lampu-lampu kota menerangi dunia hingga ke langit, yang dibiaskan kembali oleh gumpalan awan itu. Memberikan sebuah lukisan indah, perpaduan antara hitam dan kuning kemerahan.
Tak terasa, sudah terlalu jauh darinya. Lagi-lagi sebuah perpindahan. Walau sepertinya hanya sementara, namun setiap perpisahan selalu saja meninggalkan kenangan buruk sekecil apapun. Dan sepertinya, yang paling parah adalah duri kecil ini selalu terbawa dalam aliran darah. Meninggalkan luka-luka kecil selama masih berjarak. Tak kan sembuh. Rasanya memang agak lain, ketika senyum itu sudah menjadi sangat asing, saat keadaan sekitar tak berasa seperti biasanya. Asing, dunia sekarang terlalu sempit, dari anggapan-anggapan yang ada. Mencoba memutar logika, dan terus menulis, aku dihadapkan oleh satu masalah kecil. Ide. Ya, kehilangan inspirasiku untuk menulis. Saat kau tak berada di sekitarku, rasanya aku kehilangan alasan untuk menulis. Hanya saja, aku terus ingin mencoba, tak dikalahkan oleh jarak. Dan apa yang bisa aku lakukan, ketika semua sumber cahaya tak kuat lagi menembus. Saat berhenti menulis, mereka berkata, cobalah sesuatu yang baru. Dan benarlah, semakin baru inspirasiku, semakin renggang tangan ini berjabat. Selalu tak ada pilihan lain, selain jalan kembali pulang. Dan membiasakan apa yang sudah biasanya kita rasakan. Canggung. Masih, aku masih bisa ters berpura-pura, begitupun dengannya. Mungkin hanya itu yang membuat kita tahan untuk terus bersama, menjadi orang lain yang belum pernah kita kenla sebelumnya. Sebenarnya, aku juga bisa berpura-pura berani, dan menuliskan cerita baru, butuh beberapa kali otak ini mengatur rencana, walau tak sehebat Conan Doyle atau Ryuzaki, setidaknya semua ini sangat masuk akal. Memag terkadang, kita ini seperti karang dan ombak, selalu bermusuhan, saling menghancurkan. Namun aku melihat keindahan diantara pecahnya ombak, dan terkikisnya karang. Yang kutau, hal-hal seperti ini hanya menguatkan ikatan hati kita, yang kembali menebak-nebak. Mungkin hanya itu, satu-satunya alasan aku dapat mengakhiri cerita ini dengan sebuah titik, dan akan kulanjutkan dengan sebuah paragraf baru.
Matahari sudah kembali bersinar, ketika pena ini selesai menuliskan satu kalimat di lembar baru ini. Udara jawa membuat tinta di kertas ini semakin cepat mengering, angin laut yang berhembus pelan, menyingkap kerinduanku ke tanah jawa. Matahari bersinar ternag, menawarkan kehangatannya, mengingatkanku pada hari-hari sebelum mengenalmu, sebelum semuanya terjadi. _____________


_Imperfect Harmonies

Jumat, 18 April 2014

Kembang & Kumbang



Sebuah tunas mawar baru saja tumbuh, terlihat berwarna hijau segar dengan beberapa aksen merah. Tumbuh dengan elegan, membuatnya bangga menjadi sebuah tunas indahnya bunga mawar. Seekor kumbang tak sengaja melewati sang tunas, namun ia hanya melihat dan langsung saja berlalu. Sang tunas juga tak terlalu memperhatikan, ia terus saja tumbuh, semakin hijau dan mulai berdaun kecil. Si kumbang kembali, memeperhatikan sebentar, dan terus terbang pergi. Si tunas hanya bergumam sambil terus saja tumbuh. Kini, ia sudah menjadi batang kecil, dengan dihiasi daun-daun hijau bermbun di pagi itu. Sang kumbang masih saja diam dan memperhatikan dari kejauhan, di tempat yang hanya ia dan Ia yang mengetahuinya. Sekarang, tunas kecil itu benar-benar telah tumbuh, menjadi sebuah batang yang kokoh, namun beberapa hari setelahnya, duri-duri kecil mulai tumbuh mengelilingi batangnya yang cantik, memperkokoh perlindungannya. Beberapa ulat coba untuk mendekat, namun gagal dikarenakan batang yang penuh duri itu. Satu-persatu ulat jatuh dan akhirnya benar-benar menyerah, diikuti dengan hembusan nafas lega dari sang tunas. Disaat yang sama, si kumbang yang telah siap membuka sayapnya kembali menutup sayapnya, dan mundur lebih jauh di tempat persembunyiannya.

Musim hujan semakin membuat sang tunas tumbuh subur, samar-samar terlihat sebuah cabang yang berbeda dari lainnya, cabang yang belum pernah dilihat oleh sang kumbang. Sang tunas tersenyum, ia tau bahwa sebuah bunga akan segera muncul. Sang kumbang yang melihatnya tersenyum, kembali diam, dan tersenyum sedikit. Sekali lagi, ia bersembunyi disana, di tempat itu, hanya memperhatikan. Dan benarlah, keesokan harinya, sebuah kuncup kecil mawar telah tumbuh, masih segar ditutupi kelopaknya yang masih hijau. Perlahan, namun pasti, kuncup kecil mawar itu tumbuh semakin besar, dan semakin besar. Memperlihatkan sedikit mahkotanya. Sang kumbang masih tetap menunggu di kejauhan, memperhatikan, dan tak bergeming sedikitpun. Maka tibalah saatnya untuk sang mawar tersebut memperlihatkan keanggunannya, perlahan ia membuka kelopaknya lebih lebar lagi, menyingkap keindahan mahkotanya yang selama ini tersembunyi. Embun pagi kembali menghiasi mawar itu dengan kristal-kristal air, membuatnya semakin bercahaya. Tersenyumlah sang kumbang, melihat keberhasilan sang kembang menjaga bunga itu.

To be continued
_Imperfect Harmonies