Flashback, memori indah masa lalu. Ketika
namamu masih terlalu asing, ketika lidah masih terasa kaku walau hanya untuk
satu kata, ketika jari tak kuasa menekan tombol send. Ketika kita masih
menikmati masa indah, aku dengan diriku, dan engkau dengan dirimu. Waktu itu,
tiga tahun lalu, kalau ingatanku masih bisa dipercaya. Sekedar mengingat masa
menjadi penguasa sekolah, menjadi kakak tertinggi, kelas tiga. Tangan dan kaki
ini mulai terasa bebas melangkah, dan kameraku sudah terlalu liar mengarah ke
guru-guru dan teman sekelas. Iseng, membuat sebuah memorial yang akan membentuk
senyumku saat mengingat masa-masa itu. Ya, masa dimana namaku masih terlalu
asing untuk kau dengar, dan wajahmu masih terlalu sulit kuhafal. Kembali ku swipe
layar smartphone ku, menampilkan slide-silde senyum kecilmu.
Walau memang tak sengaja kuambil, dan semakin terlihat indah. Sebagai seorang
lelaki normal, tertarik dengan adik kelasnya, kelas tiga dan kelas satu. Kelas
satu masih terlalu canggung, kelas tiga terlalu bebas. Memang kurang pas, dan
mungkin tak akan berlanjut. Dalam waktu satu tahun, bahkan mungkin kurang,
kucoba mencari sebuah kesempatan. Namun, sampai saat terakhir-pun, masih tak
sempat saja untuk surat ini tersampaikan, untuk lagu ini kunyanyikan khusus.
Masa SMA, masih terlalu kaku, masa kelas satu, menjadi canggung kembali. Semua
yang tertinggal di SMP hanyalah beberapa digit nomer, dan lembaran kenangan.
Menggantung tanpa kejelasan. Aku melanjutkan hidupku, dan engkau-pun sama.
Hari-haripun
kembali sepi, hanya dengan ditemani
getaran-getaran kecil dari message whatsapp yang kau kirimkan. Rasanya
memang kurang, namun apalagi? Selain hanya beberapa digit huruf, atau kumpulan
dot-dot pixel yang membentuk gambaran sekitar, menambah referensi otak ini
untuk terus berimajinasi. Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Akupun terus bertahan
dengan ketidakjelasan ini, walau sekuntum mawar merah telah kukirimkan, namun
otak ini masih saja berdalih, menolak. Dan lagi-lagi, waktu berjalan begitu
cepat, tiga tahun telah terlewati, lagi. Dan kaupun kembali menjadi orang
asing.
Yang terjadi sekarang ini seperti dua
orang yang pernah masuk dalam satu kardus yang sama, lalu keluar mencari kardus
lain, dan akhirnya ingin kembali masuk ke kardus yang dulu. Tetap, memang masih
ada senyuman yang tertulis di kotak selanjutnya. Aku dengan tawaku, dan kamu
dengan senyummu sendiri. Namun jika bisa disamakan dalam waktu itu, tawaku atau
senyummu belum se-lepas ketika kita masih bersama. Merasa ada yang kurang,
namun terus saja berkata tak apa. Bukankah kita memang hebat, tapi mungkin, akulah yang terhebat,
untuk bohong pada diri sendiri.
_Imperfect Harmonies
_Imperfect Harmonies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar