Selasa, 24 Juni 2014

Hola!


Halo reader! Entah kapan terakhir kali aku memanggil kalian. Rasanya memang tidak pernah, penulis mungkin terlalu egois, sombong, tengelam dalam tulisannya sendiri. Monoton, tenggelam dalam perasaannya sendiri. Dan, well. Dibalik semua itu, terimakasih untuk semua yang pernah mengunjungi blog ini, entah siapapun anda, entah apa yang anda piirkan.
Walau dapat dipantau berapa orang yang telah mengunjungi blog ini, walau ternyata sudah hampir seribu pembaca, walau mungkin orang yang sama, namun penasaran dan membukanya tiga kali sehari. Namun terimakasih dukungannya! Dukungan dalam diam, sudah membuat semangat ini hidup menggerakkan jari-jari tangan. Memutar otak, membayangkan sebuah kejadian yang seharusnya kulakukan, yang seharusnya tidak kulakukan, dan bahkan yang tidak bisa manusia lakukan. Berimajinasi. Namun, betapa senangnya jika penulis bisa membawakan cerita kalian, melihat sedikit kehidupan kalian dalam-komentar-komentar yang dibubuhkan. Entahlah, sekarang saja baru dua komentar―dari hampir seribu pembaca, baru dua komentar yang diterbitkan. Itupun salah satunya adalah balasan penulis. Bahkan hanya balasan penulis, malang memang nasib penulis. Namun tak mengapa! Selama masih bisa menginspirasi. Siapa tau, ada yang mewakili kehidupan pembaca di tulisan ini, mewakili, kebahagiaan, kekecewaan, kesedihan, atau apalah. 

Jadi, salah satu kejadian, fakta, yang pernah penulis alami. Sebuah pertanyaan meluncur, bertanya kepada seseorang yang sudah lebih berpengalaman dalam menulis. 



        “Bi―” Begitu aku memangilnya. “Berikan satu nasehat, untuk seorang pemula, Bi?”

       “Nak, Abi ini menulis bukan sebentar, lima belas tahun naskah Abi buat, dengan riset selama itu Abi juga belum bisa langsung menerbitkan buku Abi.” Katanya dengan ikhlas, “Maka sabar adalah yang pertama, tulislah saja dulu kisah perjalanan hidupmu nak. Kalian masih muda, banyak cerita yang dapat kalian tuliskan, jangan mudah menyerah, tuliskan saja dulu semuanya. Jadilah berguna walau hanya lewat tulisan-tulisan tangan.”

 Dan disinilah pikiran-pikiran bertarung, apakah aku harus menuliskan sebuah pertistiwa, atau hanya fiktif belaka? Aku memang banyak lupa tentang kejadian-kejadian yang pernah kualami. Pertama masuk sekolah, pertama di-bully kakak kelas, pertama jadi OSIS, pertama merasakan sedihnya kehilangan teman seperjuangan, pertama menangis bersama teman-teman sekelas, pertama, pertama, pertama, dan pertama. Namun setelah beberapa hari kupikirkan. Sepertinya, dalam keadaan apapun, hidup tak akan sempurna, maka disinilah penulis gunakan "bumbu-bumbu" penyedap bacaan. Walau memang mengubah apa yang fakta, menjadi fiktif. Mengubah kebenaran jadi hanya imajinasi. Walau tetap peraturan pertama, harus masuk akal. Itu poin utamanya. Namun kekurangan tak akan pernah bisa dielakkan bukan?

Jadi inilah Blog yang tidak sempurna, dengan semua ketidaksempurnaannya semoga dapat menemani mereka yang berkata "Ada apa dengan dunia ini","Tuhan tidak adil","Aku adalah orang yang paling sial", atau apalah. Jangan lupa, ada yang lebih menderita dibandingkan dengan hidupmu.


Salam
_Imperfect Harmonies

Sumber Gambar:
http://dark.pozadia.org/wallpaper/Destroyed-city-of-Future/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar