Siapa bilang metamorfosis hanya untuk serangga? Kata siapa manusia tak bisa berubah lebih baik? Kau tau? seorang yang paling beruntung adalah mereka yang bisa menjadi saksi atas keberhasilan dari metamorfosis itu. Seperti seorang peneliti yang akan langsung tersenyum melihat perubahan seekor ulat yang menjijikkan, menjadi kupu-kupu cantik, indah. Dan kau tau? Aku adalah seseorang yang beruntung bisa menyaksikanmu berubah, menjadi manusia yang lebih baik. Cantik, indah, seperti seekor kupu-kupu. Aku ingin mengatakan itu susah, memang, pasti melalui tahap-tahap sulit. Seperti saat sang kupu-kupu baru keluar dari kepompongnya. Degan sayap yang masih kusut, tak berbentuk. Butuh waktu memang, untuk membuat sayap itu halus, lurus, normal, cantik tak terkalahkan. Aku memang bukanlah seorang peneliti, bukan seorang pengamat, bukan seorang profesor yang mendapatkan penghargaan setelah menajadi seorang saksi berubahanmu. Namun senyumku juga mengembang, senyumku merekah-ruah melihatmu dengan Kerudung panjang, menutupi pundak, menutupi dada, menjulur indah sampai ke ujung tanganmu. Kau tau? Jika aku mengingat senyum itu, bisa dihitung sebagai senyum terindah yang pernah kuukir, sebuah ekspresi pengapresiasian tingkat tinggi. Sebuah senyum, untuk mengungkapkan betapa indahnya perasaan ini, melihatmu sempurna.
Siapa
bilang wangi parfum akan hilang hanya dengan mandi? Siapa bilang, keindahan
fisik akan hilang seiring berjalannya waktu? Siapa bilang manusia pasti akan
lupa semuanya? Kau tau, jika hati yang senang, otak akan terus merekam.
Menjaganya dari segala virus, selalu bersiap saat hati sedih, hal-hal itulah
yang akan otak keluarkan untuk menjadi sebuah motivasi senyum untuk kembali
mengembang. Lagilagi, aku memproklamasikan bahwa aku adalah orang yang beruntung,
bisa meihatmu berubah. Disinilah aku salah, disinilah semua yang kau lakukan
membuktikan bahwa aku salah. Dan aku minta maaf, sebelumnya. Kalau boleh jujur,
kebencianku untukmu sebelumnya tak tertahankan. Ingin sekali membunuhmu,
melakukan apa saja untuk membuatmu hilang dari dunia ini. Seperti seorang
petani yang melihat ulat―musuh bebuyutannya, ingin sekali aku membuang hama itu
dari kehidupanku. Tapi, lagi-lagi. Aku minta maaf, untuk rasa yang mungkin tak
pernah kau lihat. Masalahnya memang ada padaku, tak ingin bersabar dengan
keadaanmu sebelumnya. Namun, setelah itu, salutku yang tertinggi untukmu.
Siapa
bilang orang yang beruntung hanya mereka-mereka yang tiba-tiba tersandung
sekarung uang? Siapa bilang, orang yang beruntung hanyalah mereka yang tak
bekerja, lantas mendapatkan hadiah undian sabun mandi dan mendadak kaya? Kau
tau, aku sudah merasa menjadi seseorang yang paling beruntung bisa melihat
perubahanmu, merasa paling beruntung bisa mengenalmu, menjadi teman, saksi langkah-langkah
kesempurnaanmu. Kuharap kau akan selalu seperti itu, berubah lebih baik.
Menjadi lebih cantik, bersinar dengan akhlak. Yang tentu sudah didukung
oleh hijab-mu. Menjadi cahaya bagi mereka yang belum menikmatinya. Menjadi
orang yang lebih beruntung dariku, karena menjadi pribadi yang terus berubah
lebih baik. Tenang saja, aku juga telah sedikit berubah. Mengingat sebuah
hadits : “Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu
disuatu hari nanti dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau
benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu pada suatu hari nanti dia akan
menjadi kecintaanmu.” Dan benarlah, seharusnya aku tak perlu membencimu
sampai terlampau jauh. Memikirkan hal-hal negatif, sehingga sekarang,
penyesalankulah yang paling besar saat ini. Aku bersyukur. Sekarang, aku ingin
berdamai dengan semuanya, dengan masa lalu. Belajar mencintai semuanya. Dengan
hati yang baru, hati yang diperbarui. Terimakasih, telah menyadarkanku dari
dunia gelap, menjadi satu lagi matahari yang menghangatkanku di duniaku yang
gelap ini.
Aku merestuimu.
_Imperfect Harmonies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar