...
Sore memang
indah, Jingga merah menyiram angkasa. Hujan sedang libur, biasanya sore setelah
Ashar gerimis sudah mulai turun, namun hari ini cuaca cerah seharian. Saking
cerahnya, cahaya itu masuk menembus kulit, menyusuri lorong-lorong hati. Sampai
ke bagian paling gelap, membuatnya terang. Sebenarnya bukan tanpa alasan. Akan
bagaimana rasa hati, kalau sebuah keinginan terpenuhi. Bagaimana sih rasa hati,
kala rindu semi merekah. Teringat masa-masa indah, dahulu.
Bertemu seorang
sahabat karib memang menyenangkan, membahas masa lalu, menyemangati keadaan
hari ini, berdoa untuk masa depan. Waktu memanglah sempit, melesat bagai butir
air yang terus jatuh hancur ditampar peluru yang melesat. Sebenarnya bukan
masalah, apalagi yang telah lalu. Dia datang, sumringah sekali wajahnya,
menyempal kesenangan di setiap sudut wajahnya. Kami berpelukan, mengikat lebih
erat sebuah tali yang sudah rumit, meski selalu menjadi sederhana ketika
pertemuan ini. Pertemuan ini bukanlah yang pertama kali, namun ada sebuah hal
spesial dari hari ini yang membuatnya pantas memberikan kenangan-kenangan
pertama.
“Oh,
kamu tidak sendiri Far?” Langsung saja.
Pintu
mobil terbuka, seseorang turun dengan anggun. Terlihat hijab-nya
menutupi sampai ujung kakinya. Lima detik kemudian, Far sudah menggandeng
istrinya. Bercadar hitam, dengan pandangan yang selalu menunduk―suci terjaga.
“Silahkan
masuk teman lama, anggap saja rumah sendiri. Maaf, memang kurang rapi. Kamu
tahu sendirilah, kehidupan orang-orang yang sendiri”.
Entah perasaan
apa ini, tapi jelas aku bahagia melihat teman lamaku ini ternyata sudah
memiliki sebuah sumber kebahagiaan baru. Meski dalam lubuk hati ini, iri juga
melihatnya. Aku yang lebih tua dua tahun dengannya malah sibuk―menyibukkan diri
dengan pekerjaan, menenggelamkan diri, membutakan dari hiruk-pikuk sosial.
“Tidak usah
repot-repot Mas.” Jawab Far ketika aku menawarinya membuat minuman. Hampir
bersamaan, gerbang depan berderit terbuka. Ibu kontrakan rumahku melangkah
mendekati pintu yang masih terbuka. Maka demi melihat Far yang sudah dewasa,
bersama istri cantiknya, Ibu Yuyun langsung mengambil alih ruangan. Bagaimana tidak, demi melihat Far―mantan anak
asuhnya dulu saat kami masih tinggal di atap yang sama. Maka dimulailah
percakapan hangat tentang Far dan istrinya.
...
_ImperfectHarmonies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar